Definisi Worldview Kristen

Dalam bagian ini, akan dijelaskan beberapa pendapat tokoh Kristen mengenai worldview Kristen, di antaranya; pendapat James Orr, Abraham Kuyper, dan Herman Dooyeweerd.

 

Pertama, James Orr, ia merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan istilah worldview ke dalam ajaran Kristen, yaitu pada saat ia mengajar di United Presbyterian College, Edinburg, pada tahun 1890. Gagasannya dituangkan dalam bentuk buku yang berujudul The Christian View of God and the World. Di mana, keyakinan Kristen (The Christian Faith), menurut Orr mengandung sebuah konsep worldview, dan dengannya dapat mengatasi masalah-masalah utama yang berkaitan dengan pertumbuhan manusia.[1]

 

Orr mendefinisikan worldview Kristen sebagai pandangan menyeluruh tentang berbagai hal yang bersumber dari filsafat atau teologi.[2] Artinya, manusia dapat membentuk cara pandang dari penalaran rasionalis-empiris atau dari kepercayaan teologis (Kristen). Keduanya, baik sumber teologi dan filsafat, bersumber dari sifat alamiah manusia (Human Nature). Dalam arti, manusia yang berpikir dapat menentukan pandangan mengenai fisik dan metafisik, termasuk di dalamnya memikirkan tentang konsep-konsep teologis, seperti konsep ketuhanan. Oleh karena itu, Orr mendiskusikan konsep ketuhanan, konsep manusia, konsep dosa, penebusan dosa, tujuan manusia. Walaupun konsep tuhan, yang berinkarnasi kepada yesus kristus, pada akhirnya lebih banyak dibicarakan dibanding yang lainnya.[3] 

 

Kedua, Abraham Kuyper (1837-1920), seorang tokoh penting dalam perkembangan worldview Kristen, mengembangkan konsep worldview yang digagas oleh Orr. Menurutnya, worldview tidak hanya sebatas berbicara mengenai ketuhanan atau konsep-konsep teologis yang terpisah-pisah hubungannya dari yang lainnya, melainkan lebih jauh dari itu berbicara bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan manusia yang lainnya, dan dengan dunia.[4] Ketiganya ia jadikan sebagai sistem hidup (life system), di mana posisi Tuhan menempati tempat yang paling tinggi, Tuhan lah yang berdaulat atas segala sesuatu, sebagaimana dalam doktrin Kristen Kalvinisme Kuyper.[5] Dapat dikatakan, worldview menurutnya adalah sistem hidup yang mendasarkan kepada kepercayaan akan kedaulatan Tuhan, untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhan, dengan manusia, dan dengan alam.

 

Ketiga, Herman Dooyeweerd, yang dipandang Sire sebagai pemikir Kristen paling Filosofis, menyebutkan bahwa pemikiran teoretis tidak terletak pada dasar cara pandang seseorang, melainkan lebih mendasar dari itu, yaitu orientasi religious atau keyakinan Hati.[6] Seseorang yang hatinya meyakini ketuhanan dan bertobat kepada Allah (dalam Kristen) memiliki cara pandangan yang berbeda dengan seseorang yang jauh dari Allah (berdosa). komitmen ketuhanan itu menurunya menentukan semua kehidupan dan pemikiran seseorang (decisive for all life and thought).[7] Worldview menurut Dooyewerd dapat dipahami bukan berdasar pada pemikiran teoretis, melainkan merupakan komitmen yang berakar dalam hati.

 

Lebih lanjut, Dooywerd menjelaskan bahwa teori dan praktik atau sikap seseorang bukan sesuatu yang mendasar, melainkan keduanya berasal Hati. Tegasnya, Dooywerd mengatakan, “Theory and practice are a product of the will, not the intellect; of the heart, not the head.”[8] Karakteristik keimanan Kristen tersebut menurutnya ditentukan oleh dua hal, mempercayai adanya hubungan status anak tuhan dengan bapa tuhan, dan mempercayai inkarnasi tuhan kepada kristus. Keduanya, itu dapat dipahami berdasarkan Firman Tuhan, dan berimplikasi pada pemahaman-pemahaman lain, seperti motif penciptaan, kejatuhan, dan penebusan dosa oleh Yesus.[9] Artinya, komitmen keimanan ilahi menjadi pusat dari terbentuknya konsep-konsep lainnya.

 

Dalam ungkapan lain, ia menjelaskan bahwa worldview bukan sistem filsafat, melainkan merupakan komitmen pra-teoretis dan kontak tidak langsung, yaitu dengan hati yang bertobat kepada tuhannya.[10] Dengan komitmen spiritual kepada Tuhan, Dooywerd menjelaskan bahwa seseorang akan secara reflektif memahami tentang dunia.[11] Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa worldview dalam pandangannya merupakan sebuah kepercayaan hati kepada ketuhanan (Kristen), dengan mendasarkan kepada ajaran-ajaran kitab suci, yang dengannya melahirkan pemikiran dan teori untuk menggambarkan dan memahami dunia.

Dari ketiga pandangan tersebut, dapat dipahami bahwa worldview Kristen secara Umum adalah cara pandang terhadap hubungan manusia dengan tuhan, dengan manusia lainnya dan dengan alam, yang didasarkan kepada komitmen kepercayaan atas Allah (Kristen) dengan merujuk kepada Kitab suci sebagai sumber ajarannya (di mana di dalamnya terdapat elemen Tuhan Trinitas, orientasi hati manusia, dan dogma dalam Kristen). Karakter dari ajaran tersebut adalah mengakui Tuhan Trinitas sebagai realitas utama yang mengatur alam semesta, Kristus sebagai penebus dosa bagi manusia, dan inkarnasi Tuhan pada Kristus.



[1]“That the Christian faith may be conceived as a christocentric, self-authenticating system of biblical truth characterized by inner integrity, rational coherence, empirical verisimilitude, and existential power is one of his most distinctive contributions.” Ibid. 32

[2] Ibid.32

[3] Ibid. 33

[4] Abraham Kuyper, Lectures on Calvinism (Eerdmans: Grand Rapids, 1931). 31

[5] Sire, Naming the Elephant: Worldview as a Concept. 33

[6] “For Dooyeweerd, all human endeavor stems not from worldview, but from the spiritual commitments of the heart” Naugle, Worldview: The History Of A Concept. 26

[7] Sire, Naming the Elephant: Worldview as a Concept. 35

[8] Naugle, Worldview: The History Of A Concept. 27

[9] "[The first is] the dynamis of the Holy Ghost. [This] brings man into the relationship of sonship to the Divine Father. Its religious ground motive is that of the Divine Word-Revelation, which is the key to the understanding of the Holy Scripture: the motive of creation, fall, and redemption by Jesus Christ in the communion of the Holy Ghost. The second central mainspring is that of the spirit of apostasy from the true God” Herman Dooyeweerd, A New Critique of Theoritical Thought (Philadelphia: Presbyterian & Reformed, 1969). 1:61

[10] “they are pretheoretical commitments and are in direct contact not so much with the mind as with the “heart,” with experience, with life as lived.” Dalam Sire, Naming the Elephant: Worldview as a Concept. 36

[11] Sebagaimana komentar Pierson terhadap Evangelis “…indwelt spiritual commitments, pre- theoretical in character, are capable of twisting and distorting our Godgiven structures, especially our noetic structures apart from Christ” Ibid. 36

https://www.rukyatulislam.com/2020/04/definisi-worldview-kristen-dalam-bagian.html