Memiliki negara yang aman, damai, makmur, sejahtera, tidak ada bencana, dan tidak ada konflik horisontal antar sesama warga negara, merupakan cita-cita luhur semua bangsa di negara manapun dan dalam sistem negara apa pun.  Bahkan sekelas Nabi Ibrahim A.s sekalipun memohon kepada Allah agar menjadikan kota Makkah sebagai negri yang aman dan senantiasa dilimpahkan rizki untuk penduduknya (Rabbi Ij’al Hadza Baladan Âminan war Zuq Alhalu Minas Tsamarât: Q.S. Al-Baqarah: 126


Akan tetapi, pada kenyataannya, setiap negara di mana pun tidak akan pernah terlepas dari ujian, cobaan, dan fitnah. misalnya, negara-negara Timur Tengah yang notabene kental dengan ajaran Islam, dirundung dengan fitnah huru-hara, konflik bersenjata, dan bahkan sampai terjadi perang saudara.

Bagi orang-orang beriman, Allah menjadikan ujian dan fitnah sebagai sarana untuk mengukur kualitas keimanannya dan agar bisa beramal dengan amalan-amalan yang paling baik (Q.S. Al-‘Ankabut: 29, Al-Kahfi:7, dan Al-Mulk:2).  

Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, disebutkan syarat-syarat untuk mewujudkan negara yang senantiasa mendapat keberkahan dari Allah Swt., misalnya Allah Swt berfirman di dalam Q.S. Al-A’raf: 96, Allah Swt. berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنا عَلَيْهِمْ بَرَكاتٍ مِنَ السَّماءِ وَالْأَرْضِ وَلكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْناهُمْ بِما كانُوا يَكْسِبُونَ (٩٦)

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Berdasarkan ayat di atas, ke imanan dan ketaqwaan dari penduduk suatu wilayah/negara, menjadi syarat Allah akan membuka pintu-pintu keberkahan dari langit (berupa hujan) dan dari dalam bumi (berupa tumbuh-tumbuhan, tambang emas, air, dll)

Selain itu, bukan hanya penduduk yang beriman dan bertaqwa yang menjadi kunci terbukanya pintu keberkahan. Ada empat orang/golongan yang mana mereka menjadi benteng terjaganya dari segala macam bencana dan fitnah pada suatu negri. sebagaimana disampaiak oleh Imam Al-Qurthubi di dalam kitabnya Al-Jâmi Li Ahkâm Al-Qur’an:

وَقِيلَ: كُلُّ بَلْدَةٍ يَكُونُ فِيهَا أَرْبَعَةٌ فَأَهْلُهَا مَعْصُومُونَ مِنَ الْبَلَاءِ: إِمَامٌ عَادِلٌ لَا يَظْلِمُ، وَعَالِمٌ عَلَى سَبِيلِ الْهُدَى، وَمَشَايِخُ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحَرِّضُونَ عَلَى طَلَبِ الْعِلْمِ وَالْقُرْآنِ، وَنِسَاؤُهُمْ مَسْتُورَاتٌ لَا يَتَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى.)  الجامع لأحكام القرآن:-٤/٤٩(

Para ulama kata: setia kota yang terdapat 4 orang di dalamnya, maka penduduknya akan terjaga dari bala/bencana: pertama, pemimpin adil yang tidak dzalim. kedua, seorang Alim yang berjalan di atas jalan petunjuk yang lurus. Ketiga, para guru-guru agama yang menyeru kepada kebaikan dan  melarang pada kemunkaran serta memotivasi/menganjurkan untuk mau menuntut ilmu agama dan membaca Alquran. Keempat, perempuan-perempuan penduduk kota tersebut selalu tertutup auratnya dan tidak berpakaian serba terbuka seperti masa jahiliyyah. (  Al-Jâmi Li Ahkâm Al-Qur’an: Jil. 4, hlm. 49)

Pemimpin adil yang tidak dzalim.

Dalam beberapa riwayat, seorang pemimpin yang adil disebut-sebut dan bahkan diistimewakan oleh Allah di dunia ataupun di akhirat kelak. Misalanya, ketika seorang pemimpin yang adil berdoa, maka do’anya tidak akan ditolak oleh Allah Swt:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَالإِمَامُ العَادِلُ وَدَعْوَةُ المَظْلُومِ

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: telah bersabda Rasulullah Saw: tiga golongan do’a mereka tidak akan ditolak, yaitu orang yang shaum sampai berbuka, pemimpin yang adil, dan do’a orang yang didzalim. (H.R At-Tirmidzi, No. 3598)

Selain itu, pemimpin yang adil, di akhirat nanti akan mendapatkan naungan, di mana pada hari itu jarak antara matahari dan manusia sangatlah dekat, dan tidak ada naungan sama sekali kecuali naungan dari Allah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ...

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw beliau bersabda: tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Imam yang Adil.... (H.R Bukhori, No. 660)

Di samping itu, keadilan seorang pemimpin di suatu negri, dapat menjadi kunci untuk menghadirkan keamanan dan kesejahteraan bangsanya serta menjaga bangsanya dari bencana. Bahkan bisa dipastikan, satu wilayah yang memiliki pemimpin yang adil, Allah akan jamin kedamaian. Karena pemimpin adil akan membuat kebijakan-kebijakan berdasarkan kemashlahatan rakyatnya, bukan untuk kepentingan golongannya, partainya, dan atau dirinya sendiri. Sebagaimana disebutkan dalam satu qaidah fiqhiyyah:

اَلتَّصَرُّفُ فِيْ أُمُوْرِ الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ

Kebijakan urusan rakyat didasarkan pada kemaslahatan. (Al-Bassam, Taudhihul Ahka, jil. 1, hlm. 61)

Dalam sejarah, terdapat salah satu contoh pemimpin yang adil dan shalih, yaitu Abdurrahman An-Nasir, seorang khalifah ke-8 Bani Umayyah II di Andalusia yang mampu mengantarkan pada puncak kejayaannya. Dia merupakan sosok pemimpin yang tidak melepaskan peran ulama dalam kepemimpinannya, sehingga yang mengangkat Al-Mundzir bin Said Al-Baluthi sebagai Hakim tertinggi kekhilafahan.

Satu waktu, Andalusia ditimpa musibah kekeringan, maka ia memerintahkan rakyatnya untuk melaksanakan shalat Istisqo, dan  dipimpin oleh Al-Mundzir. Namun, saat Jama’ah sudah memenuhi lapangan dan imam sudah siap, Khalifah tak kunjunga datang. Maka Al-Mundzir mengutus seseorang untuk menjemputnya, namun sang utusan mendapati Khalifah sedang menyendiri dalam keadaan sujud yang sangat khusyu.

Maka dikabarkan hal demikian kepada Al-Mudzir, dan secara spontan Al-Mundzir memerintahkan Jama’ah untuk mengambil payung, karena menurutnya hujan akan segera turun. Dan ia kemudian berkhutbah: Idza Khasya’a Jabbarul Ard, Rahima Jabbarus Samâ’ (jika penguasa bumi khusyu, penguasa langit akan merahmati).

Oleh karena itu, berbagai macam bencana; mulai dari bencana moralitas sampai bencana alam yang terus melanda Indonesia, boleh jadi disebabkan karena krisis kepemimpinan yang shalih dan adil. Dan perlu dicatat! Pemimpin yang adil itu tidak instan seperti Super Mie, serta tidak cukup hanya sebatas harapan dan cita-cita semata, karena pemimpin itu lahir dari rahim rakyat, maka pemimpin adil itu mesti diciptakan dan direkayasa.

Seorang Alim yang berjalan di atas jalan lurus.

Ulama merupakan pewaris para Nabi yang akan mendidikan dan menyebarkan risalah kenabian pada umat. Keberadaan seorang alim di suatu wilayah atau disuatu negara, akan mampu menebar kebaikan dan menutup pintu-pintu fitnah yang akan menerpa penduduk suatu wilayah.

Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaili mengatakan: manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengenal haknya terhadap ulama, dan senantiasa menjadikan mereka sebagai pijakan; mereka akan senantiasa berada dalam kebaikan selama masih ada para ulama yang membersamai mereka. maka hilangnya orang-orang Alim merupakan sebab munculnya kerusakan yang besar serta merupakan pintu yang dinanti-nanti setan untuk menyebarkan fitnah. (Fiqhu Al-Fitan, hlm. 24)

Oleh karenanya, jika dalam satu wilayah sudah sangat krisis ulama-ulama yang berjalan di atas jalan yang lurus, menyampaikan risalah wahyu kepada umat, menyeru kepada maghfirah dan surga-Nya Allah, maka tinggal menunggu pintu-pintu fitnah itu terbuka dan menerjang serta menghantam suatu negri. Atau, jika seandaianya suatu pemimpin sudah menghilangkan perang seorang ulama yang lurus dalam memimpin bangsanya, maka dapat dipastikan negara tersebut akan menghadapi masa kehancurannya. Karena ulama dan umara ibarat dua sisi mata uang yang tidak boleh terpisahkan.

Guru-guru agama yang menyeru kepada kebaikan.

Peran seorang guru sejatinya bukan sebatas mentransfer pengetahuan dari pikirannya kepada peserta didik (Transfer of Knowlage). Tetapi, seorang guru harus mampu menjadikan seorang anak itu benar-benar mengetahui hakikat daripada menuntut Ilmu, yaitu menjadikannya sebagai manusia yang beradab.

Satu kegagalan besar pada seorang guru, ketika mereka hanya concern menjadikan murid-muridnya sebagai murid yang hafal ratusan riwayat, hafalan ratusan rumus, khatam puluhan buku, tetapi ia tidak menanamkan adab dalam dirinya. Karena ilmu itu, bukan hanya banyaknya riwayat, tetapi munculnya rasa takut kepada Allah (Laisal Ilmu bi Katsratir Riwayat wa lakinal Ilma Al-Khasysyyah).

Oleh karenanya, jika dalam satu negri masih ada guru-guru yang mengajarkan kepada muridnya untuk senantiasa Amar ma’ruf Nahi Munkar, maka negri tersebut akan terjaga dari malapetaka dan bencana, karena bencana dari daratan ataupun dari lautan, sejatinya itu karena ulah manusia yang tidak beradab. Allah Swt berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٤١)

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Rûm: 41)

Sebagaimana kita ketahui bersama, umat Nabi Muhammad Saw. disebutkan oleh Allah sebagai umat terbaik yang diturunkan ke muka bumi. Adapun faktor penyebab kita disebut sebagai umat terbaik ialah karena Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan beriman kepada Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah... (Q.S. Ali-Imran:110)

Selain itu, peran para guru ialah senantiasa mendorong dan memotivasi agar para murid selalu belajar ilmu agama dan membaca Alqur’an. Karena para pembaca Alquran tidak akan ditimpa kecelakaan di dunia atau pun di akhirat. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Ahmad Al-Mishrawi: “tiga kelompok yang tidak akan kesusahan dan celaka di dunia maupun di akhirat, yaitu orang yang membaca Alquran dan mengamalkan kandungannya; orang yang senantiasa berdo’a saat lapanga ataupun sempit; dan orang yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tua.

Oleh karena itu, peran penting guru-guru agama dalam menjaga suatu negri dari bencana adalah menciptakan manusia beradab dengan mengajarkan kepada anak bangsa Amar ma’ruf Nahi Munkar, dan senantiasa memotivasi agar mereka terus menuntut ilmu dan membaca Alquran.

Perempuan-perempuan yang Selalu Menutup Aurat

Kelompok terakhir yang dapat menjaga suatu negri dari bala bencana yang Allah turunkan ialah para perempuan yang mereka senantiasa menutup auratnya dan tidak berjilbab seperti orang yang telanjang. Menutup aurat bagi perempuan adalah salah satu kewajiban yang mesti ditaati. Allah Swt berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S: Al-Ahzab: 59)

Di antara salah satu fungsi menutup aurat berdasarkan ayat di atas ialah agar kaum perempuan tidak diganggu oleh laki-laki fasik yang di dalamnya terdapat penyakit. Dan apalah jadinya, jika suatu negri, para perempuannya tidak menutup aurat dan mengumbar Dajal (dada dan bujal), maka tidak menutup kemungkinan akan mengundang lelaki jalang untuk melakukan pelecehan seksual dan bahkan pemerkosaan. Kemudia, jika pelecehan seksual merebak di mana-mana, tidak menutup kemungkinan penyakit-penyakit berbahaya akan terus menerus menular dan menjadi bencana negri tersebut. 

Itulah empat kelompok manusia yang dapat menjaga atau minimal menahan datangnya bencana disuatu negri. Maka ketika negri ini dilanda berbagai macam bencana, mumkin kita kehilangan empat sosok tersebut. Wallahu A’lam!

Terimakasih telah mengunjungi https://rukyatulislam.blogspot.com/