Oleh: FajarShiddiq
Memiliki negara
yang aman, damai, makmur, sejahtera, tidak ada bencana, dan tidak ada konflik
horisontal antar sesama warga negara, merupakan cita-cita luhur semua bangsa di
negara manapun dan dalam sistem negara apa pun.
Bahkan sekelas Nabi Ibrahim A.s sekalipun memohon kepada Allah agar
menjadikan kota Makkah sebagai negri yang aman dan senantiasa dilimpahkan rizki
untuk penduduknya (Rabbi Ij’al Hadza Baladan Âminan war Zuq Alhalu Minas
Tsamarât: Q.S. Al-Baqarah: 126
Akan tetapi, pada
kenyataannya, setiap negara di mana pun tidak akan pernah terlepas dari ujian,
cobaan, dan fitnah. misalnya, negara-negara Timur Tengah yang notabene kental
dengan ajaran Islam, dirundung dengan fitnah huru-hara, konflik bersenjata, dan
bahkan sampai terjadi perang saudara.
Bagi orang-orang
beriman, Allah menjadikan ujian dan fitnah sebagai sarana untuk mengukur
kualitas keimanannya dan agar bisa beramal dengan amalan-amalan yang paling
baik (Q.S. Al-‘Ankabut: 29, Al-Kahfi:7, dan Al-Mulk:2).
Dalam beberapa
ayat Al-Qur’an, disebutkan syarat-syarat untuk mewujudkan negara yang
senantiasa mendapat keberkahan dari Allah Swt., misalnya Allah Swt berfirman di
dalam Q.S. Al-A’raf: 96, Allah Swt. berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ
الْقُرى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنا عَلَيْهِمْ بَرَكاتٍ مِنَ السَّماءِ
وَالْأَرْضِ وَلكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْناهُمْ بِما كانُوا يَكْسِبُونَ (٩٦)
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit
dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya.
Berdasarkan ayat di atas, ke imanan dan ketaqwaan dari penduduk suatu
wilayah/negara, menjadi syarat Allah akan membuka pintu-pintu keberkahan dari
langit (berupa hujan) dan dari dalam bumi (berupa tumbuh-tumbuhan, tambang emas,
air, dll)
Selain itu, bukan hanya penduduk yang beriman dan bertaqwa yang menjadi
kunci terbukanya pintu keberkahan. Ada empat orang/golongan yang mana mereka
menjadi benteng terjaganya dari segala macam bencana dan fitnah pada suatu negri.
sebagaimana disampaiak oleh Imam Al-Qurthubi di dalam kitabnya Al-Jâmi Li
Ahkâm Al-Qur’an:
وَقِيلَ: كُلُّ
بَلْدَةٍ يَكُونُ فِيهَا أَرْبَعَةٌ فَأَهْلُهَا مَعْصُومُونَ مِنَ الْبَلَاءِ:
إِمَامٌ عَادِلٌ لَا يَظْلِمُ، وَعَالِمٌ عَلَى سَبِيلِ الْهُدَى، وَمَشَايِخُ
يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحَرِّضُونَ عَلَى
طَلَبِ الْعِلْمِ وَالْقُرْآنِ، وَنِسَاؤُهُمْ مَسْتُورَاتٌ لَا يَتَبَرَّجْنَ
تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى.) الجامع لأحكام القرآن:-٤/٤٩(
Para ulama kata: setia kota yang terdapat 4 orang di dalamnya, maka
penduduknya akan terjaga dari bala/bencana: pertama, pemimpin adil yang tidak
dzalim. kedua, seorang Alim yang berjalan di atas jalan petunjuk yang lurus.
Ketiga, para guru-guru agama yang menyeru kepada kebaikan dan melarang pada kemunkaran serta
memotivasi/menganjurkan untuk mau menuntut ilmu agama dan membaca Alquran.
Keempat, perempuan-perempuan penduduk kota tersebut selalu tertutup auratnya
dan tidak berpakaian serba terbuka seperti masa jahiliyyah. ( Al-Jâmi Li Ahkâm Al-Qur’an: Jil. 4,
hlm. 49)
Pemimpin adil
yang tidak dzalim.
Dalam beberapa riwayat, seorang pemimpin yang adil disebut-sebut dan bahkan
diistimewakan oleh Allah di dunia ataupun di akhirat kelak. Misalanya, ketika
seorang pemimpin yang adil berdoa, maka do’anya tidak akan ditolak oleh Allah
Swt:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ثَلَاثَةٌ لَا
تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَالإِمَامُ العَادِلُ وَدَعْوَةُ المَظْلُومِ
Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: telah bersabda Rasulullah Saw: tiga
golongan do’a mereka tidak akan ditolak, yaitu orang yang shaum sampai berbuka,
pemimpin yang adil, dan do’a orang yang didzalim. (H.R At-Tirmidzi, No.
3598)
Selain itu, pemimpin yang adil, di akhirat nanti akan mendapatkan naungan,
di mana pada hari itu jarak antara matahari dan manusia sangatlah dekat, dan
tidak ada naungan sama sekali kecuali naungan dari Allah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ
اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الإِمَامُ العَادِلُ...
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw beliau bersabda: tujuh golongan
yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya: Imam yang Adil.... (H.R Bukhori, No. 660)
Di samping itu, keadilan seorang pemimpin di suatu negri, dapat menjadi kunci
untuk menghadirkan keamanan dan kesejahteraan bangsanya serta menjaga bangsanya
dari bencana. Bahkan bisa dipastikan, satu wilayah yang memiliki pemimpin yang
adil, Allah akan jamin kedamaian. Karena pemimpin adil akan membuat
kebijakan-kebijakan berdasarkan kemashlahatan rakyatnya, bukan untuk kepentingan
golongannya, partainya, dan atau dirinya sendiri. Sebagaimana disebutkan dalam
satu qaidah fiqhiyyah:
اَلتَّصَرُّفُ فِيْ أُمُوْرِ
الرَّعِيَّةِ مَنُوْطٌ بِالْمَصْلَحَةِ
Kebijakan urusan rakyat didasarkan pada kemaslahatan. (Al-Bassam, Taudhihul Ahka, jil. 1, hlm. 61)
Dalam sejarah, terdapat salah satu contoh pemimpin yang adil dan shalih, yaitu
Abdurrahman An-Nasir, seorang khalifah ke-8 Bani Umayyah II di Andalusia yang
mampu mengantarkan pada puncak kejayaannya. Dia merupakan sosok pemimpin yang
tidak melepaskan peran ulama dalam kepemimpinannya, sehingga yang mengangkat
Al-Mundzir bin Said Al-Baluthi sebagai Hakim tertinggi kekhilafahan.
Satu waktu, Andalusia ditimpa musibah kekeringan, maka ia memerintahkan
rakyatnya untuk melaksanakan shalat Istisqo, dan dipimpin oleh Al-Mundzir. Namun, saat Jama’ah
sudah memenuhi lapangan dan imam sudah siap, Khalifah tak kunjunga datang. Maka
Al-Mundzir mengutus seseorang untuk menjemputnya, namun sang utusan mendapati
Khalifah sedang menyendiri dalam keadaan sujud yang sangat khusyu.
Maka dikabarkan hal demikian kepada Al-Mudzir, dan secara spontan
Al-Mundzir memerintahkan Jama’ah untuk mengambil payung, karena menurutnya
hujan akan segera turun. Dan ia kemudian berkhutbah: Idza Khasya’a Jabbarul
Ard, Rahima Jabbarus Samâ’ (jika penguasa bumi khusyu, penguasa langit akan
merahmati).
Oleh karena itu, berbagai macam bencana; mulai dari bencana moralitas
sampai bencana alam yang terus melanda Indonesia, boleh jadi disebabkan karena
krisis kepemimpinan yang shalih dan adil. Dan perlu dicatat! Pemimpin yang adil
itu tidak instan seperti Super Mie, serta tidak cukup hanya sebatas harapan dan
cita-cita semata, karena pemimpin itu lahir dari rahim rakyat, maka pemimpin
adil itu mesti diciptakan dan direkayasa.
Seorang Alim
yang berjalan di atas jalan lurus.
Ulama merupakan pewaris para Nabi yang akan mendidikan dan menyebarkan
risalah kenabian pada umat. Keberadaan seorang alim di suatu wilayah atau
disuatu negara, akan mampu menebar kebaikan dan menutup pintu-pintu fitnah yang
akan menerpa penduduk suatu wilayah.
Syaikh Sulaiman bin Salimullah Ar-Ruhaili mengatakan: manusia akan
senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengenal haknya terhadap ulama,
dan senantiasa menjadikan mereka sebagai pijakan; mereka akan senantiasa berada
dalam kebaikan selama masih ada para ulama yang membersamai mereka. maka
hilangnya orang-orang Alim merupakan sebab munculnya kerusakan yang besar serta
merupakan pintu yang dinanti-nanti setan untuk menyebarkan fitnah. (Fiqhu
Al-Fitan, hlm. 24)
Oleh karenanya, jika dalam satu wilayah sudah sangat krisis ulama-ulama
yang berjalan di atas jalan yang lurus, menyampaikan risalah wahyu kepada umat,
menyeru kepada maghfirah dan surga-Nya Allah, maka tinggal menunggu
pintu-pintu fitnah itu terbuka dan menerjang serta menghantam suatu negri.
Atau, jika seandaianya suatu pemimpin sudah menghilangkan perang seorang ulama
yang lurus dalam memimpin bangsanya, maka dapat dipastikan negara tersebut akan
menghadapi masa kehancurannya. Karena ulama dan umara ibarat dua sisi mata uang
yang tidak boleh terpisahkan.
Guru-guru agama yang menyeru kepada kebaikan.
Peran seorang guru sejatinya bukan sebatas mentransfer pengetahuan dari
pikirannya kepada peserta didik (Transfer of Knowlage). Tetapi, seorang
guru harus mampu menjadikan seorang anak itu benar-benar mengetahui hakikat
daripada menuntut Ilmu, yaitu menjadikannya sebagai manusia yang beradab.
Satu kegagalan besar pada seorang guru, ketika mereka hanya concern menjadikan
murid-muridnya sebagai murid yang hafal ratusan riwayat, hafalan ratusan rumus,
khatam puluhan buku, tetapi ia tidak menanamkan adab dalam dirinya. Karena ilmu
itu, bukan hanya banyaknya riwayat, tetapi munculnya rasa takut kepada Allah (Laisal
Ilmu bi Katsratir Riwayat wa lakinal Ilma Al-Khasysyyah).
Oleh karenanya, jika dalam satu negri masih ada guru-guru yang mengajarkan
kepada muridnya untuk senantiasa Amar ma’ruf Nahi Munkar, maka negri
tersebut akan terjaga dari malapetaka dan bencana, karena bencana dari daratan
ataupun dari lautan, sejatinya itu karena ulah manusia yang tidak beradab.
Allah Swt berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ
فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ
الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٤١)
Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). (Q.S. Ar-Rûm: 41)
Sebagaimana kita ketahui
bersama, umat Nabi Muhammad Saw. disebutkan oleh Allah sebagai umat terbaik
yang diturunkan ke muka bumi. Adapun faktor penyebab kita disebut sebagai umat
terbaik ialah karena Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan beriman kepada Allah:
كُنْتُمْ خَيْرَ
أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah... (Q.S. Ali-Imran:110)
Selain itu, peran para
guru ialah senantiasa mendorong dan memotivasi agar para murid selalu belajar
ilmu agama dan membaca Alqur’an. Karena para pembaca Alquran tidak akan ditimpa
kecelakaan di dunia atau pun di akhirat. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Syaikh Ahmad Al-Mishrawi: “tiga kelompok yang tidak akan kesusahan dan
celaka di dunia maupun di akhirat, yaitu orang yang membaca Alquran dan
mengamalkan kandungannya; orang yang senantiasa berdo’a saat lapanga ataupun
sempit; dan orang yang senantiasa berbakti kepada kedua orang tua.”
Oleh karena itu, peran
penting guru-guru agama dalam menjaga suatu negri dari bencana adalah menciptakan
manusia beradab dengan mengajarkan kepada anak bangsa Amar ma’ruf Nahi Munkar, dan senantiasa
memotivasi agar mereka terus menuntut ilmu dan membaca Alquran.
Perempuan-perempuan
yang Selalu Menutup Aurat
Kelompok terakhir yang dapat menjaga suatu negri dari bala bencana yang
Allah turunkan ialah para perempuan yang mereka senantiasa menutup auratnya dan
tidak berjilbab seperti orang yang telanjang. Menutup aurat bagi perempuan
adalah salah satu kewajiban yang mesti ditaati. Allah Swt berfirman:
يَاأَيُّهَا
النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ
عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا
يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, Katakanlah
kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu
supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S: Al-Ahzab: 59)
Di antara salah satu fungsi
menutup aurat berdasarkan ayat di atas ialah agar kaum perempuan tidak diganggu
oleh laki-laki fasik yang di dalamnya terdapat penyakit. Dan apalah jadinya,
jika suatu negri, para perempuannya tidak menutup aurat dan mengumbar Dajal
(dada dan bujal), maka tidak menutup kemungkinan akan mengundang lelaki jalang
untuk melakukan pelecehan seksual dan bahkan pemerkosaan. Kemudia, jika pelecehan
seksual merebak di mana-mana, tidak menutup kemungkinan penyakit-penyakit
berbahaya akan terus menerus menular dan menjadi bencana negri tersebut.
Itulah empat kelompok
manusia yang dapat menjaga atau minimal menahan datangnya bencana disuatu
negri. Maka ketika negri ini dilanda berbagai macam bencana, mumkin kita
kehilangan empat sosok tersebut. Wallahu A’lam!
Terimakasih telah mengunjungi https://rukyatulislam.blogspot.com/
Social Plugin