Pict by BlenderTimer on pixabay

[Virus Korona, diciptakan atau tercipta dengan sendirinya?]
Saat ini, Dunia sedang membicarakan permasalahan yang terbilang “baru”, yaitu Virus Vorona. Sebagaimana yang telah diketahui, virus ini menyebar ke berbagai Negara, tak terkecuali Indonesia.
Hampir semua institusi meliburkan agendanya. Bahkan rumah-rumah menjadi lockdown. Di institusi pendidikan, Pesantren misalnya, Sebagian memulangkan santri-santrinya, dan sebagian me-lockdown santri-santrinya di pesantren. Tak hanya itu, tempat-tempat keramian, seperti alun-alun, dan tempat bermain yang ramai lainnya disterilkan dari adanya aktivitas.
Berbagai media pun, baik cetak ataupun digital, hampir tidak ada yang tidak membicarakan wabah dari “Wuhan” ini. Dampaknya, sebagian masyarakat cemas, baik yang sudah terjangkit ataupun tidak. Meski sebagian lagi tetap optimis dengan berbagai penjagaan ketat mereka.
Virus ini memang berbahaya, dan merupakan permasalahan yang mesti disikapi dengan kewaspadaan yang luar biasa. Selain menular sebagaimana influenza biasanya, juga tidak sedikit menyebabkan kematian. Bagaimanapun, sebagai muslim, kita meyakini bahwa kemunculan virus baru ini adalah karena ada hukum Tuhan (Allah subhānahū wata’ālā) yang dilanggar oleh manusia. Sehingga hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah melakukan kausalitasnya, yaitu sebagaimana umum diketahui, penyebab awalnya adalah hubungan sebab akibat dari perbuatan manusia yang memakan kelelawar, sehingga virus itu masuk ke tubuh manusia.
Bagi setiap Muslim, kita meyakini bahwa kausalitas alam, adalah ciptaan Tuhan. Semua yang ada di jagat raya ini adalah manifestasi dari adanya tuhan. Ini sangat logis, di mana ketia ada ciptaan, pasti ada yang menciptakan. Sama hal nya ketika ada safar, maka di sana ada musafir.
maka bagi “kita sebagai seorang Muslim”, menyikapinya adalah dengan berikhtiar dan beribadah. Berdo’a, berdzikir, dan mendekati Allah dibarengi dengan usaha penjagaan merupakan sikap logis dari keyakinan bahwa virus ini adalah ciptaan tuhan, dengan hukum kausalitas alamnya, karena pelanggaran manusia. Kembali kepada-Nya adalah sikap yang sangat tepat.
Sementara itu, banyak orang di luar sana, yang menganggap ini adalah kejadian santifik biasa. Virus ini terjadi karena sebab akibat manusia, yaitu memakan kelelawar atau sejenisnya, sehingga muncul virus tersebu, tanpa ada kaitannya dengan Tuhan. Dan dengan demikian, tidak ada kaitannya dengan berdo’a, tidak ada kaitannya dengan mendekati tuhan. Semua obatnya, penanganannya adalah penanganan saintifik. Berobat, mencari vaksin, mencegah, menyembuhkan, dan sampai di sana saja.
Bagi siapapun, pasti akan mengakui tanpa kecuali, bahwa ketika ada sesuatu (wujud) pasti ada yang menciptakan. Akan sangat tidak dimengerti jika seseuatu terbuat begitu saja tanpa ada pencipta, atau pembuat. Seorang atheis pun, dalam hatinya, meski ia ja-im , ia mengakui adanya pencipta, bahkan saat saat ia dalam darurat, ia dengan refleknya menyebut sesuatu yang memiliki kekuatan luar biasa atau tuhan, mungkin kalau seorang ateis itu orang inggris ia akan menyebut, “oh my god”.
Dengan demikian, semua kejadian adalah ciptaan Allah, namun kadang ciptaan itu adalah menyenangkan, dan kadang menyakitkan. Semuanya ujian, untuk selalu mengingat-Nya dan mengabdi kepada-Nya.

by:Admin 
Salam, rukyatulislam.com