Pict by Larisa-K on pixabay

Mari Berkenalan dengan Feminisme ☺️


Seorang wanita bernama Nancy, tinggal sendirian di kota New York. Ia seorang pekerja kantoran yang berumur 25 tahun, dan menghidupi dirinya dari gaji kerjanya tersebut. Ia sangat mendambakan menikah dengan seorang laki-laki, meskipun ia telah menjalani hubungan percintaan dengan pacarnya sejak ia beranjak baligh.

Ia berpikir, “jika aku menikah dengan pacar saya, aku bisa lebih tenang, karena menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi anak-anak di rumah, sementara perkejaan mencari uang dilakukan oleh suami saya.”

Tak lama, akhirnya ia bersepakat dengan pacarnya untuk menikah. Seorang laki-laki bernama Jason, suami dari Nancy, menjalani kehidupan dengan Istrinya dengan tenang dan damai. Setelah Nancy mempunyai anak, ia semakin mencintai keluarganya. Nancy sejak itu mulai jarang masuk kerja, dan bahkan ia melakukan cuti di saat-saat anaknya masih bayi.

Sementara suaminya, bekerja mencari penghidupan untuk anak dan istrinya dengan semangat. Hari demi hari berlalu, hingga 5 tahun setelah pernikahan, ia diangkat sebagai manajer di perusahaannya, setelah manager sebelumnya meninggal. Ia mendapatkan jabatan tersebut karena karir kerjanya yang professional. Akhirnya, penghasilan suami Nancy semakin bertambah, dan karir di dunia kerjanya pun semakin gemilang. Keluarga Nancy, karena kesuksesan suaminya semakin tercukupi kebutuhannya, bahkan melebihi dari kebutuhan pokoknya.

Namun, karena arus gerakan perempuan yang mengusung feminisme di kala itu sangat kuat, Nancy pun penasaran, sehingga ia mulai mencari-cari berbagai informasi seputar gerakan tersebut. Setelah membaca berbagai artikel, dan berkenalan dengan para pegiat gender, pikirannya mulai berubah. Feminisme yang mengusung kesetaraan gender mulai merasuki pikiran Nancy.

Ia yang semula sangat mencintai suaminya, perlahan-lahan ia membencinya. Kesuksesan suami yang semakin meningkat dipandang Nancy sebagai sebuah penghinaan baginya. Baginya, perempuan harus bisa mandiri, baik dari segi ekonomi, perlindungan keamanan, dan lain sebagainya. Bergantung pada suami dalam pandangan Nancy berarti sebuah kehinaan. Ia merasa dirinya lemah, tidak mampu menjaga dirinya sendiri. Ia juga mulai tidak menerima uang yang diberikan suami kepadanya, karena dalam pikirannya, menerima uang dari suami berarti tanda ketidak mampuan hidup mandiri. Bagi Nancy, sejauh yang diraih dan diusahakan oleh suami, juga mesti diraih pula oleh istri.

Saat itu pula, ia mulai enggan lagi mengurus anaknya. Suaminya yang sering beraktivitas di luar rumah, untuk bekerja, menjadi sebuah kecemburuan/iri bagi Nancy. Ia merasa tidak berarti karena selalu beraktivitas di rumah. Ia tidak bisa mengaktualisasikan dirinya dalam dunia luar. Akhirnya, ia pun sering meninggalkan rumah. Lama kelamaan pengaturan rumah keluarga Jason/Nancy semakin tidak karuan. Anak tidak terurus, rumah yang selalu kotor, dan lain sebagainya. Bahkan, tak jarang Nancy marah kepada suaminya, Jason. Ia seringkali mempertanyakan mengapa dirinya mesti di rumah, sementara engkau bebas beraktivitas di luar.

Akhirnya, karena permintaan Nancy untuk bercerai dari suaminya, pasangan pernikahan 10 tahun yang lalu pun bercerai. Nancy kembali menjalankan kehidupannya sebagai seorang karyawan kantoran. Sementara Jason, tetap menjadi manager di perusahaannya, ia hidup dengan anaknya. Karena ia sering sibuk, anaknya dititipkan kepada Nenekny.

Di kehidupan Nancy, sejak ia hendak memutuskan untuk bercerai, ia sudah melamun akan kesuksesan karirnya. Hingga ia membayangkan hidup dengan usahanya dan penghasilannya sendiri, tanpa tergantung dan terkungkung pada suaminya atau laki-laki. Namun, kenyataannya tidak semulus dengan apa yang dipikirkannya. Dengan banyaknya rintangan dan hambatan alamiah sebagai perempuan, ia tidak bisa menjalankan karirnya semulus suaminya. Ketika datang bulan, ia pun agak kurang bersemangat, jiwanya menjadi sensitif dan lain sebagainya. Ketika ia kerja lembur, kadang ia menghawatirkan dirinya saat pulang terlalu malam, karena terkadang terjadi kriminalitas di sana. Setelah ia bercerai, kehidupannya menjadi lebih sulit dibanding ketika ia masih berkeluarga.

Kisah Nancy tersebut merupakan salah satu cerminan dari paham Feminisme. Namun tidak hanya itu, feminisme merupakan ideologi yang datang dan berkembang di Barat dengan banyak alirannya dan dengan pemikiran yang berbeda-beda. Untuk menambah wawasan mengenai Feminisme dan bagaimana pemikirannya, bisa dirujuk dalam literature-literatur lainnya. Dalam web ini terdapat dua tulisan yang bisa dibaca terkait feminism,

1. (Ruu PKS, termasuk di dalamnya dibahas apa itu feminism dan bagaimana sejarahnya) https://www.rukyatulislam.com/…/ruu-p-ks-program-manifestas…

Bagaimana tanggapan anda.

Terimakasih, salam rukyatulislam.com