Khalifah Harun
Ar-Rasyid tercengang atas kecerdasan anak yang berperan sebagai hakim tersebut.
Hakim kecil telah memberi keputusan hukum dengan bijaksana.
Khalifah melihat ke
arah menterinya, Ja’far, kemudian berkata, “Bagaimana pendapatmu tentang anak
kecil yang cerdas ini?” Ia menjawab, “Aku tercengang sekali dengan
kecerdasannya wahai amirul mukminin. Saya juga kagum dengan peragaannya yang
luar biasa.
Aku belum pernah melihat anak secerdas ini sebelumnya.”
Khalifah berkata
kepada menterinya, “Apakah kamu tahu wahai menteriku, bahwa tadi siang ‘Ali
Kucya sendiri telah mengadukan permasalahan itu padaku dan aku akan melaksanakan
putusannya besok? Dengan demikian Anak ini telah memberiku petunjuk untuk memutuskan
perkara antara Hasan dan ‘Ali Kucya. Ingat-ingatlah rumah ini dengan baik wahai Ja’far. Undanglah hakim
kecil ini besok, untuk menjadi hakim antara ‘Ali kucya dan Hasan di hadapanku.”
“Datangkan juga hakim
yang telah membebaskan Hasan. Supaya ia melihat bagaimana anak kecil melaksanakan
tugas hakim dengan baik. selain itu, undang pula dua pedagang zaitun dari pasar
supaya hadir di persidangan esok hari.
MENTERI MENGUNDANG HAKIM KECIL
Keesokan harinya, menteri Ja’far pergi ke rumah anak-anak yang
bermain tadi malam. Ketika ia sampai dan mengetuk pintu rumah tersebut, seorang
nyonya tua berteriak dari dalam rumah, “Dengan siapa di sana?” Kemudian menteri
itu menjawab, “Aku Ja’far menterinya Khalifah.”
Nyonya tua kaget, ia segera membuka
pintu dan menanyakan maksud kedatangannya. Ja’far menjawab, “Aku ingin tahu ada
berapa anak di rumah ini?” Nyonya itu menjawab, “Tidak ada anak-anak di rumah
ini kecuali hanya tiga, dan mereka semua anak-anakku.”
Kemudian menteri itu menyuruhnya untuk memanggil mereka. Nyonya tua itu pergi
memanggil anak-anaknya.
Ketika anak-anak itu telah dipanggil,
Menteri pun melihat
mereka dan berkata, “Siapa di antara kalian yang memeragakan
sebagai hakim tadi malam?” Maka dengan takutnya anak yang paling tua maju dan
berkata, “aku wahai wazÄ«r (mentri)”
Ja’far berkata kepadanya, “Ikutlah
bersamaku wahai anakku, khalifah memintamu untuk datang.” Menteri Ja’far’ tersenyum
dan berkata kepada ibunya, “Jangan khawatir, tidak akan terjadi hal-hal yang
buruk pada anakmu. Aku pastikan anak ini akan segera kembali padamu wahai Nyonya.
Khalifah tidak bermaksud untuk menghukumnya, beliau justru ingin memberinya hadiah.”
Nyonya itu berkata kepada menteri itu, “Semoga
engkau berkenan agar aku pakaikan ia dengan pakaiannya yang paling bagus untuk
menemui Amirul Mukminin”. Menteri ‘Ja’far pun mengizinkannya.

Social Plugin