Tugas utusan Allah di muka bumi adalah membersihkan hati manusia. Hal ini dilhat dalam berbagai firman Allah;
Pertama, kepada Nabi Muhammad (Q.S. Al-Jumu’ah: 2)
هُوَ
ٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّۧنَ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ
ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن
كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallam diutus
ke muka bumi untuk menyampaikan tanda kekuasaan Allah dan mensucikan jiwa
manusia. Para sahabat sebelum datang Nabi berhati keruh, sering
mabuk-mabukan, dan melakukan kemasiatan-kemaksiatan. Ketika Rasul datang
mensucikan jiwa mereka, maksiat pun ditinggalkan. Mereka yang tadinya
pelit menjadi pemberi, yang tadinya menyembah berhala menjadi menyembah Allah,
yang tadinya pemarah menjadi pemaaf..
Kedua, kepada Nabi Ibrahim (Q.S. Al-Baqarah: 129)
رَبَّنَا
وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ
وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡۖ إِنَّكَ أَنتَ
ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang
Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat
Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah
(As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa
lagi Maha Bijaksana”
Ketiga, kepada Nabi Musa (an-Nazi’at: 18-19)
فَقُلۡ
هَل لَّكَ إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ وَأَهۡدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخۡشَىٰ
“dan katakanlah (kepada Fir´aun): "Adakah
keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". “Dan kamu akan
kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?”
Ayat tersebut juga menunjukan bahwa Nabi Musa
membimbing fir’aun dalam rangka membersihkan jiwanya yang kotor.
Kenapa rasul diutus untuk mensucikan hati manusia?
Karena hati manusia diberikan dua pilihan, baik atau buruk. Dalam surat asy-syams ayat 8-10 Allah berfirman :
فَأَلۡهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا ٨ قَدۡ
أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩
وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa hati manusia
diberikan dua pilihan sejak ia lahir ke bumi. Maka lebih condong ke mana hati
kita?. Di dalam sebuah hadits Rasul bersabda :
كُلُّ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
“Setiap anak yang lahir
dilahirkan di atas fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya
Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”
Keterangan tersebut menunjukan bahwa
setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bersih dari dosa-dosa. Hanya, hati/jiwa
manusia diberikan dua pilihan, baik atau buruk.
Dari kedua pilihan tersebut, beruntunglah orang yang senantiasa mensucikan dirinya, dan celakalah orang yang suka mengotori hatinya.
Ketika manusia memilih berbuat dosa, berarti ia sudah mengotori hati, sementara ketika memilih berbuat baik maka ia telah membersihkan hatinya.
Dari kedua pilihan tersebut, beruntunglah orang yang senantiasa mensucikan dirinya, dan celakalah orang yang suka mengotori hatinya.
Ketika manusia memilih berbuat dosa, berarti ia sudah mengotori hati, sementara ketika memilih berbuat baik maka ia telah membersihkan hatinya.
Selain itu, penyakit manusia bukanlah terbatas pada fisik saja, namun juga
jiwa. Rasul bersabda:
أَلاَ
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ،
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ)). رواه
البخاري ومسلم.
Ketahuilah, sesungguhnya di
dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebut baik,
(maka) baiklah seluruh tubuhnya. Dan apabila segumpal daging tersebut buruk,
(maka) buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati”.
[HR al Bukhari dan Muslim].
Ketika jiwa sakit, seluruh anggota badan juga sakit. Perasaan benci, hasud, iri, membuat seluruh anggota
badan menjadi sakit.
Kalau kita membenci seseorang maka duduk dengan orangnya pun tidak mau, mata menjadi melotot melihatnya, kaki bisa menendang, tangan bisa menampar, dan bibir pun bisa berbicara kotor.
Kalau kita membenci seseorang maka duduk dengan orangnya pun tidak mau, mata menjadi melotot melihatnya, kaki bisa menendang, tangan bisa menampar, dan bibir pun bisa berbicara kotor.
Begitu juga penyakit seperti
sombong/takabur. Seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan akan sombong pula perilakunya.
PENYEBAB KOTORNYA HATI
Dosa menjadi penyebab
kotornya hati. Rasul bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ
كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ
صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ
فِى كِتَابِهِ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) ».
Artinya: “Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya seorang beriman jika melakukan dosa, maka akn
ditorehkan di dalam hatinya noktah hitam, maka jika ia bertobat, melepaskan
(maksiat tersebut) dan meminta ampun niscaya cemerlang (kembali) hatinya,
(tetapi) jika ia bertambah maka akan bertambah (noktah hitam tersebut), dan
itulah penghalang yang Allah telah sebutkan di dalam Al Quran
كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى
قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati
mereka.” QS. Al Mutahffifin: 14. HR. Ibnu Majah.
Melakukan dosa berarti menambah
nuktah yang akan menutupi hati (rān). Seseorang yang berhati bersih bisa
dikotori dengan perbuatan-perbuatan dosa; seperti buang sampah sembarangan,
berkata kotor, berbohong, tidak melaksanakan shalat, durhaka kepada orangtua,
berbuat zhalim, dan lain sebagainya. Namun ketika beristighfar, bersihlah
hatinya.
Maka berhati-hatilah kita dari
melakukan dosa, ia akan mejadikan hati kita hitam dan bahkan keras seperti
batu. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah: 74
ثُمَّ قَسَتۡ
قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةٗۚ
“Kemudian setelah itu hatimu
menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi”
MEMBERSIHKAN HATI
Cara membersihkan hati tiada
lain adalah dengan beribadah. Beragam bentuk ibadah seperti; mencari ilmu,
shalat, shaum, umrah, haji, zakat, infak, sedekah, membantu orang lain dan
sebagainya, dapat membersihkan hati.
1. Membersihkan
hati dengan thalabul ‘ilm
Tentang thalabul ‘illm (mencari
ilmu), Rasulullah bersabda:
مَنْ سَلَكَ
طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ
الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. HR. Abu Daud no. 3641).
seorang yang
mencari ilmu akan selalu membersihkan hatinya, maka pantaslah jika ia akan
dimudakahkan jalan masuk surga. Dalam hadits lain:
من يرد الله به خيرا يفقهه
في الدين
“Barangsiapa
yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah
agama (ini).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
2. Membersihkan
hati dengan shalat
Shalat yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh akan mencegah perbuatan keji dan munkar, Allah berfirman:
ٱتۡلُ مَآ
أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ
تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ
يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Bacalah apa yang telah
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(at-Taubah: 45)
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى
رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Shalat lima waktu dan shalat Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadlan ke
Ramadlan berikutnya adalah penghapus untuk dosa antara keduanya apabila dia
menjauhi dosa besar."
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ
فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » .
قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ
الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »
“Tahukah
kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara
kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan
tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa
sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka
begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.”
(HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)
Wudlu pun jika dilaksanakan
berdasarkan petunjuk Rasuullah dapat membersihkan hati manusia. Sabdanya:
وَعَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَال إِذَا تَوَضَّأَ العَبْدُ المُسْلِمُ أَو المُؤْمِنُ فَغَسَلَ
وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيْئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ
المَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ المَاءِ، فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ، خَرَجَ مِنْ
يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ المَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ
قَطْرِ المَاءِ، فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ، خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا
رِجْلَاهُ مَعَ المَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ المَاءِ، حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا
مِنَ الذُّنُوبِ )رَوَاهُ مُسْلِمٌ(
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdah,’’apabila seorang
muslim (atau mukmin) berwudhu, maka ketika membasuh wajah, semua dosa yang
telah dilihat dengan kedua matanya keluar dari wajahnya bersama tetesanya air
atau bersama tetesan terakhir, ketika membasuh kedua tangannya, setiap dosa
yang disebabkan pukulan tangannya keluar dari tangannya bersama tetesan air
atau tetesan air terakhir, ketika membasuh kedua kakinya,setiap dosa karena
perjalanan kakinya keluar bersama tetesan air atau tetesan air terakhir
sehingga dia keluar dalam keadaan bersih dan semua dosa,’’(HR. Muslim)
3. Membersihkan
hati dengan umrah dan haji
Jika shalat dimulai dengan
wudlu, umrah dimulai dengan ihram. Rangkaian ibadah yang pertama ini sejatinya mendidik
kita agar mensucikan hati. Dengan memakai kain ihram, setiap orang sama di
hadapan Allah. Baik itu presiden, mentri, polisi, pengusaha dan lain
sebagainya. Rasulullah bersabda:
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما ، والحج المبرور ليس له جزاء إلا
الجنة )رواه البخاري ومسلم والترمذي وغيرهم(
“Dari umrah
ke umrah berikutnya adalah penghapus di antara keduanya, dan haji mabrur tidak
ada pahala baginya kecuali surga.” (HR.Bukhari, Muslim, Tirmidzi dll)
4. Membersihkan
hati dengan zakat, infak, dan sedekah
Zakat berfungsi mensucikan
harta (tuthahhirahum) dan membersihkan hati (tuzakkīhim). Allah berfirman:
خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا
وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٞ لَّهُمۡۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Q.S. At-Taubah: 103)
دِينَارٌ
أَنْفَقْته فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْته فِي رَقَبَةٍ ،
وَدِينَارٌ تَصَدَّقْت بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْته عَلَى
أَهْلِك ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْته عَلَى أَهْلِك
“Satu dinar yang engkau belanjakan di jalan
Allah, satu dinar yang engkau belanjakan untuk memerdekakan budak, satu dinar
yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang engkau
belanjakan bagi keluargamu, yang paling agung pahalanya adalah yang engkau
belanjakan bagi keluargamu..*
[Hadits Imam Muslim]
5. Membersihkan
hati dengan tiga perkara; ikhas, saling menasihati dan berpegang teguh kepada
al-Jama’ah
Rasulullah bersabda:
ﺛﻠﺎﺙ
ﺧﺼﺎﻝ ﻟﺎ ﻳﻐﻞ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﻗﻠﺐ ﻣﺴﻠﻢ ﺃﺑﺪﺍ: ﺇﺧﻠﺎﺹ ﺍﻟﻌﻤﻞ
ﻟﻠﻪ، ﻭﻣﻨﺎﺻﺤﺔ ﻭﻻﺓ ﺍﻟﺄﻣﺮ، ﻭﻟﺰﻭﻡ ﺍﻟـﺠﻤﺎﻋﺔ
Ada tiga hal yang dengannya hati seorang muslim akan
bersih (dari khianat, dengki dan keberkahan), yaitu melakukan
sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasihati ulil
amri (penguasa), dan berpegang teguh pada jama’ah kaum Muslimin,
Terimakasih telah mengunjungi https://rukyatulislam.blogspot.com/
Terimakasih telah mengunjungi https://rukyatulislam.blogspot.com/

Social Plugin