Pernahkah kita
memperhatikan bahwa betapa banyak orang-orang yang menapaki jejak akademis. Namun, ketika para sarjana atau
lulusan-lulusan kampus kian membanyak, apakah sejalan dengan berkembangnya
kualitas keilmuan di lingkungan orang-orang tersebut, katakanlah di Indonesia,
negara kita tercinta.
Atau pernahkah kita merasa
tidak mendapatkan sesuatu dari sebuah aktivitas ilmiah yang kita jalani?
sehingga merasa sia-sia, atau bahkan berputus asa dari melakukan kerja-kerja
ilmiah selanjutnya.
Kami maksudkan dari
mendapatkan sesuatu di sini adalah penambahan ilmu pengetahuan.
Jika demikian, ada beberapa
tips dari kami yang mudah-mudahan bisa membantu para pembaca web ini.
1. Meluruskan Motif
Dalam belajar, tentu hasil
yang kita dapatkan akan sesuai dengan motif kita. Jika kita meniatkan untuk
ilmu maka dengan izin Allah, kita akan mendapatkannya. Kiranya ini sama dengan
semua pekerjaan kita. Apa yang kita niatkan itulah yang akan kita raih.
Jika sobat sekalian
memiliki motivasi dalam belajar di luar tujuan-tujuan ilmu. Tidak aneh jika
ilmu pengetahuan tidak bertambah dalam diri sobat sekalian.
Bagaimana bentuknya orang
yang tidak meniatkan ilmu dalam belajarnya? yaitu bisa jadi untuk tujuan gelar,
atau persyaratan kerja, atau bisa jadi terlena dengan arus hedonisme. Seperti
jarang kuliah karena ketagihan main game, sering nongkrong, terlalu fokus pada
kegiatan olahraga di kampus, dan lain-lain.
Bagi sobat yang
mengharapkan sesuatu yang berharga ini (ilmu), niat adalah yang paling awal. Ia
mesti dikukuhkan, yaitu niat untuk berilmu. Tentu saja, bagi orang yang
religius, ilmu ia niatkan adalah untuk dimanfa’atkan, di dunia dan di akhirat.
Masih ada satu lagi, yaitu
agara menjaga motif yang luar biasa ini. Karena semangat seorang manusia
fluktuatif. Kadang naik dan kadang turun. Untuk itu, tugas seorang akademisi
adalah menjaganya ketika turun agar tidak terlalu menurun dan menjaganya ketika
naik agar tidak kelewatan. Karena biasanya orang yang terlalu semangat ia tidak
bisa konsisten.
Artinya, menjaga
konsistensi itu penting. Ia lebih baik dari pada kerja besar yang hanya sekali
dan tidak pernah dikerjakan lagi
2. Mengerjakan Tugas
Tugas, dalam dunia akademis merupakan instrumen
yang pasti ada. Bahkan assignment adalah sarana untuk menambah keilmuan para
peserta didik. Dengan syarat, guru atau dosen tetap membimbing dan mengevaluasi
hasil pengerjaan anak-anak didiknya. Ini berarti, meski para mahasiswa lebih
besar porsinya dalam mengembangkan keilmuan, namun ia tetap dalam jalur yang
semestinya.
Biasanya dalam dunia kampus, tugas adalah berupa
menulis paper. Bagi orang yang meniatkan ilmu dalam belajarnya, ia akan senang
jika tugas paper itu datang. Sebab ia berpikir aka nada arahan dosen untuk
menela’ah sebuah topik tertentu.
Dengan mengerjakan tugas,
ia juga sudah membayangkan akan menela’ah buku-buku untuk dijadikan referensi.
Di sana terjadi usaha memahami bahasan yang akan ditulis. Misal dari satu topik
terdapat lima buku. Dari kelima buku tersebut dibaca dan dikomparasi
pandangan-pandangan buku tersebut. Akhirnya melahirkan sebuah pandangan baru,
yaitu pemahaman pembaca. Dan inilah yang mahal dalam sebuah aktivitas ilmiah.
Seorang yang mengerjakan
tugas juga tidak akan cukup membaca, ia akan mendiskusikan apa yang dibacanya
sebelum ia benar-benar menuliskannya. Kecuali bagi mereka yang asal-asalan
dalam mengerjakan papernya. Dari diskusi tersebut kepekaan ilmiahnya akan
terbangun, pun juga dengan ketajaman berpikir serta kecakapan dalam
mengemukakan pendapat. Diskusi merupakan hal yang penting dalam menjaga dan
meningkatkan ilmu pengetahuan.
Ketika ia mempresentasikan
tugasnya, atau menyerahkannya ke dosen, di sana akan ada evaluasi dan masukan
dari dosen. Sebelum itu, mungkin juga aka nada pertanyaan-pertanyaan dari rekan
sesama mahasiswa/pelajar. Semua itu adalah instrumen pendidikan yang bertujuan
utnuk meningkatkan ilmu para peserta didiknya.
3. Menjaga Trilogi Ilmiah
Bagi seorang akademisi, tigal hal ini sangat
penting untuk selalu dijaga. Yaitu membaca, menulis dan berdiskusi. Baik ketika
mendapatkan tugas dari dosen/guru atau tidak. Ini sebagaimana telah dijelaskan
di atas.
4. Bersabar
Segala sesuatu, kecuali
Tuhan, berproses. Tidak terkecuali dalam belajar. Butuh kesabaran dalam
perjalanan menempuh ilmu. Hindarilah mengharapkan hasil banyak dalam waktu yang
instan. Artinya, mental bersabar perlu dibangun agar ketekunan dan konsistensi
bisa tetap terjaga.
Apalagi, sebuah diskursus
keilmuan memiliki cakupan yang luas. Untuk mendalaminya tidak cukup hanya
sehari dua hari, melainkan memerlukan waktu yang lama. Orang-orang yang
berhasil memahaminya dan menebarkan manfa’at bagi orang banyak dari sebuah
pencapain ilmu yang mendalam adalah dari mereka yang bersabar dalam waktu
belajarnya yang lama.
5. Tidak Putus Asa
Tips terakhir yaitu tidak putus asa. Jika seorang akademisi menemukan kegagalan, maka terus berusahalah. Karena kesuksesan bagi orang tersebut adalah dari kegagalan yang diperbaiki.
https://www.rukyatulislam.com/2020/09/tips-menjadi-akademisi-yang-baik.html

Social Plugin